Senin, 16 Juni 2014

laporan praktikum biokimia uji protein dan glukosa

Nah bagi teman-teman yang butuh referensi buat laporan biokimia bisa liat contoh yang satu ini, khusus buat adek tingkat ku jangan langsung copas ya, hehe

 UJI PROTEIN


1.    ALAT
1.1.        Tabung reaksi
1.2.        Waterbath
1.3.        Bunsen
1.4.        Pipet tetes
1.5.        Penjepit kayu
1.6.        Batang pengaduk
1.7.        Beaker glass


2.    BAHAN

2.1.        Albumin 2%
2.2.        Kasein 0.2%
2.3.        Fenol 2%
2.4.        Putih telur
2.5.        Asam amino
2.6.        Aquades
2.7.        Pereaksi Millon
2.8.        Larutan Hopkins-Cole
2.9.        H2SO4 pekat
2.10.     Larutan (NH4)2SO4
2.11.     Pewarna Ninhidrin 0.1%
2.12.     HNO3 pekat
2.13.     NaOH pekat
2.14.     HgCl2 2%
2.15.     PbAc2 2%
2.16.     FeCl3 2%



3.    CARA KERJA
3.1.        Test Millon
Disebabkan derivat monofenol (tirosin). Pereaksinya adalah larutan ion merkuri/merkuro dalam asam nitrat/nitrit. Positif memberikan warna merah yang artinya terbentuk garam merkuri dalam tirosin yang ternitrasi.


Ø Siapkan 4 tabung reaksi
Ø Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%, kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon
Ø Panaskan perlahan dengan hati-hati

3.2.        Test Hopkins-Cole
Pereaksi yang digunakan mengandung asam glioksilat. Triptofan berkondensasi dengan aldehida dan asam pekat membentuk kompleks berwarna dari jenis asam 2,3,4,5-tetrahidro-karbolin-4-karboksilat.
Ø Siapkan 4 tabung reaksi
Ø Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%, kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø Tambahkan 10 tetes H2SO4 pekat melalui dinding tabung
Ø Tambahkan 1 ml pereaksi Hopkins-Cole

3.3.        Test Ninhidrin
Semua asam amino α bereaksi dengan Ninhidrin membentuk aldehida dengan suatu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan CO2. Terbentuk kompleks berwarna biru yang disebabkan 2 molekul Ninhidrin bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidadi. Garam ammonium, amina, peptida, dan protein juga bereaksi tetapi tanpa melepaskan NH3 dan CO2.
Ø Siapkan 3 tabung reaksi
Ø Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%, kasein 2% + asam amino, dan putih telur
Ø Tambahkan 1 ml (NH4)2SO4
Ø Tambahkan 10 tetes Ninhidrin 0.1%
Ø Panaskan di dalam waterbath kurang lebih 10 menit

3.4.        Test Xantoprotein
Nitrasi inti benzen yang terdapat dalam molekul protein. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam suasana alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua/jingga.
Ø Siapkan 4 tabung reaksi
Ø Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%, kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø Tambahkan 1 ml HNO3 pekat   è amati endapan putih
Ø Panaskan dengan api bunsen secara hati-hati  è endapan larut menjadi kuning
Ø Dinginkan dengan direndam dalam air pada beaker glass
Ø Tambahkan larutan alkali pekat (NaOH)

3.5.        Test logam berat
Protein bereaksi dengan logam berat mengalami koagulasi.
Ø Siapkan 4 tabung reaksi
Ø Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%, kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø Tambahkan 5 tetes FeCl3 2%



4.    LANDASAN TEORI
Protein adalah molekul besar (sampai beberapa juta). Terdapat di semua makhluk hidup. Protein tersusun atas kurang lebih 20 macam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino berikutnya.

Klasifikasi protein berdasarkan daya larut dan komposisi kimianya :
·      Simple protein               : protein yang hanya mengandung 1-α asam amino atau derivatnya
v  Albumin, globulin, glutein, protamin, albuminoid, histon, dll
·      Conjugated protein     : protein yang bergabung dengan zat lain yang bukan protein (gugus prostetik)
v  Nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein, dll
Asam amino dan protein mempunyai sifat fisik yang sama (memiliki gugus asam dan basa). Kelarutan protein dalam air juga berbeda tergantung ion positif dan ion negatif yang terdapat pada protein. Protein yang dihidrolisa akan terurai menjadi beberapa asam amino. Aktifitas biologis dari protein tergantung dari bentuk tiga dimensi asam amino penyusunnya.
Destruksi atas bentuk tiga dimensi suatu protein disebut denaturasi. Bentuk tiga dimensi tergantung atas ikatan hidrogen, ikatan inter-ionik/jembatan garam, dan ikatan disulfida. Suatu agen zat tertentu yang dapat berinteferensi dengan ikatan hidrogen, ikatan inter-ionik, dan ikatan disulfida dapat mendenaturasi protein. Perubahan pada protein akibat dari denaturasi adalah : berkurangnya daya larut enzim, hilangnya aktivitas protein, dan berubah/hilangnya antigen.
Golongan-golongan asam amino
v Asam amino dengan rantai samping alifatik
Glisisn, alanin, valin, leusin, isoleusin
v Asam amino dengan rantai samping gugus hidroksil
Serin, treonin, tirosin
v Asam amino dengan rantai samping mengandung sulfur
Sistein, metionin
v Asam amino dengan rantai samping mengandung amida
Asam aspartat, asparagine, asam glutamat, glutamine
v Asam amino dengan rantai samping mengandung alkali
Arginin, lisin, histidin
v Asam amino dengan rantai samping mengandung cincin aromatis
Fenilalanin, tirosin, triptofan
v Asam amino yang tidak terdapat pada protein
Î’-alanin, taurin, ¥-aminobutirat, ornitin, sitrulin

Sifat-sifat asam amino
ü Kristal putih, larut dalam air, asam/basa kuat
ü Rasa manis, tawar, pahit
ü Mempunyai atom C simetris (kecuali glycin)
ü Mempunyai sifat optis aktif
ü Bersifat amfoter
ü Tidak bergerak pada medan listrik dengan pH isoelektrik

Asam amino yang diperlukan tubuh
Ø Asam amino essensial                 : asam amino yang mutlak harus ada pada makanan karena tidak dapat disintesa tubuh
ð  Triptofan, fenilalanin, lisin, treonin, valin, metionin, isoleusin, dll
Ø Asam amino non-essensial       : asam amino yang dapat disintesa tubuh, terdapat juga pada makanan sebagai sumber nitrogen


5.    PEMBAHASAN
5.1.        Test Millon
BAHAN UJI
PENGAMATAN
HASIL
Albumin 2%
Keruh kemerahan
+
Kasein 0.2% + asam amino
Gumpalan merah (mengapung)
+
Fenol 2%
Jernih
-
Putih telur
Merah daging
+

Albumin, kasein, dan putih telur mengandung asam amino tirosin karena pada uji Millon menunjukkan warna merah yang berupa endapan ataupun larutan keruh berwarna merah. Hal tersebut menunjukkan adanya garam merkuri terdapat pada tirosin ternitrasi oleh pereaksi Millon.

5.2.        Test Hopkins-Cole
BAHAN UJI
PENGAMATAN
HASIL
Albumin 2%
Keruh
-
Kasein 0.2% + asam amino
Lapisan keruh-putih keruh-jingga
+
Fenol 2%
Endapan merah
+
Putih telur
Lapisan keruh-putih susu-ungu
+

Kasein 2%, fenol 2%, dan putih telur mengandung asam amino triptofan karena pada uji Hopkins-Cole menunjukkan kompleks warna pada bagian dasar tabung. Hal tersebut berbeda dengan albumin 2% yang tetap menunjukkan warna jernih pada larutannya. Kompleks warna tersebut karena asam amino triptofan yang terkandung berkondensasi dengan aldehida dan asam pekat (H2SO4 pekat) yang diberikan.

5.3.        Test Ninhidrin
BAHAN UJI
PENGAMATAN
HASIL
Albumin 2%
Bening
-
Kasein 2% + asam amino
Biru
+
Putih telur
Biru
+

Kasein 2% dan putih telur mengandung asam amino α (globulin, glutein, protamin, histon, dll), sedangkan albumin bukan merupakan susunan asam amino α karena albumin berikatan dengan gugus prostetik lain yang membentuk protein.  Uji Ninhidrin menunjukkan kompleks warna biru apabila zat tersebut positif asam amino α.  Kompleks warna biru tersebut karena molekul pada Ninhidrin berikatan dengan NH3 yang dilepaskan asam amino setelah proses oksidasi.

5.4.        Test Xantoprotein
BAHAN UJI
PENGAMATAN
HASIL
Albumin 2%
Bening
-
Kasein 2% + asam amino
Kuning
+
Fenol 2%
Kuning
+
Putih telur
Kuning
+

Kasein 2%, fenol 2%, dan putih telur mengandung asam amino golongan asam (asam aspartat, asparagin, asam glutamat, glutamin) karena pada uji Xantoprotein menunjukkan warna kuning-jingga. Hal tersebut berbeda dengan albumin yang tetap menunjukkan warna jernih pada larutannya. Warna jingga yang terbentuk merupakan hasil dari proses ionisasi bebas ketika ditambahkan larutan alkali pekat (NaOH pekat) yang artinya larutan tersebut awalnya bersifat asam.

5.5.        Test logam berat (FeCl3)
BAHAN UJI
PENGAMATAN
HASIL
Albumin 2%
keruh
-
Kasein 2% + asam amino
kemerahan
-
Fenol 2%
hitam
-
Putih telur
Kemerahan+gumpalan putih
+

Putih telur mengandung asam amino yang dapat menawar racun karena pada penambahan logam berat (FeCl3) terbentuk koagulasi (kelat) yang artinya racun tersebut diikat oleh asam amino dan tidak menyebabkan toksik bagi tubuh. Sedangkan kasein 0.2% + asam amino, albumin 2%, fenol 2% tidak dapat menawarkan racun FeCl3 karena pada reaksi itu tidak terbentuk koagulasi dan hanya terjadi perubahan warna.


6.    KESIMPULAN
6.1.        Albumin, kasein + asam amino, dan putih telur mengandung gugus monofenol (tirosin) karena positif pada test Millon
6.2.        Kasein + asam amino dan putih telur mengandung asam amino triptofan karena positif pada test Hopkins Cole
6.3.        Kasein + asam amino dan putih telur mengandung α asam amino karena positif pada test Ninhidrin
6.4.        Kasein + asam amino, fenol, dan putih telur mengandung inti benzena dengan asam amino golongan asam karena positif pada test Xantoprotein
6.5.        Pada putih telur terdapat asam amino dengan ikatan sulfida (seperti sistein) karena dapat mengikat logam berat (Fe3+) yaitu dalam bentuk koagulan.






UJI GLUKOSA


1.    ALAT
1.1.        Tabung reaksi
1.2.        Waterbath
1.3.        Bunsen
1.4.        Pipet tetes
1.5.        Penjepit kayu
1.6.        Batang pengaduk
1.7.        Beaker glass
1.8.        Stopwatch


2.    BAHAN

2.1.        Larutan benedict
2.2.        Larutan glukosa 0.5% ; 1% ; 2% ; 3%
2.3.        Urin murni
2.4.        Urin patologis
2.5.        Aquades



3.    CARA KERJA
1)        Siapkan 6 tabung reaksi
2)        Beri label A;B;C;D;E;F
3)        Tambahkan 2.5 ml larutan benedict pada masing-masing tabung reaksi
4)        Pada tabung A, tambahkan larutan glukosa 0.5% sebanyak 4 tetes
5)        Pada tabung B, tambahkan larutan glukosa 1% sebanyak 4 tetes
6)        Pada tabung C, tambahkan larutan glukosa 2% sebanyak 4 tetes
7)        Pada tabung D, tambahkan larutan glukosa 3% sebanyak 4 tetes
8)        Pada tabung E, tambahkan urin patologis sebanyak 4 tetes
9)        Pada tabung F, tambahkan urin murni sebanyak 4 tetes
10)     Kocok ad homogen
11)     Panaskan di dalam waterbath atau penangas air hingga terjadi perubahan warna, kurang lebih 10 menit
12)     Keluarkan dari penangas, dinginkan pada suhu ruangan
13)     Amati perubahan warna yang terjadi


4.    LANDASAN TEORI
Tes glukosa urine merupakan tes atau pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada/tidaknya glukosa yang terkandung di dalamnya. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisis.
Tujuan tes ini adalah untuk mendiagnosis ada atau tidaknya glukosa di dalam urine.Teori
Pemeriksaan glukosa pada urine ini menggunakan tes reduksi. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat glukosa yang mudah mereduksi zat lain. Untuk menyatakan adanya reduksi, zat yang paling sering digunakan adalah zat yang mengandung garam cupri dan reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict = glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah atau tetap seperti semula.Hati-hati = tes reduksi ini tidak spesifik. Hal tersebut dikarenakan ada zat lain yang juga mempunyai sifat pereduksi seperti monosakarida (galaktosa, fruktosa, pentosa), disakarida (laktosa), dan beberapa zat bukan gula (asam homogentisat, formalin, salisilat kadar tinggi, vitamin C).Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Mekanisme reaksi


5.    PEMBAHASAN
BAHAN UJI
PENGAMATAN
HASIL
Glukosa 0.5%
Biru endapan hijau
+
Glukosa 1%
Endapan coklat
++
Glukosa 2%
Endapan merah
+++
Glukosa 3%
Endapan merah bata
++++
Urin patologis Mr.X 3
Hijau kekuningan endapan orange
+
Urin murni Brawijaya
Biru
-

Glukosa yang terkandung dalam urin merupakan glukosa yang tidak direabsorpsi oleh ginjal dan kadar glukosa dalam urin > 100 mg/ 100 ml urin. Sehingga glukosa tidak dapat lagi direabsorpsi, kemudian glukosa tersebut diekskresikan melalui urin yang menyebabkan urin mengandung glukosa.
Gula mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, mereduksi ion kupri dalam suasana alkali menjadi kuprooksida yang tidak latur dan berwarna merah, banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai kadar gula yang terdapat dalam urine.
Reagen benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dan CuSO4 menjadi ion Cu+
Fungsi masing-masing komposisi benedict :
CuSO4                       : menyediakan ion Cu2+
 Na-sitrat                 : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3
Na-CO3                               : sebagai alkali yang mengandung gugus karbonil bebas dari gula menjadi bentuk endapan reaktif
Pada uji glukosa murni, menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar glukosa maka warna hasil reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dan reaksi oksidasi menghasilkan warna yang semakin jingga / merah. Hal tersebut dikarenakan Cu2+ yang tereduksi semakin banyak untuk dihasilkan produk Cu+.
Pada urin mahasiswa menunjukkan warna biru, tetap seperti warna benedict pada mulanya. Hal tersebut menunjukkan tidak terdapat gugus yang rantai sampingnya mengandung glukosa yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Sehingga mahasiswa tersebut dinyatakan (-) terdapat glukosa dalam urin atau diabetes melitus.
Pada urin patologis (Mr.X 3) menunjukkan warna hijau sedikit kuning (keruh). Hal tersebut menunjukkan bahwa urin mengandung glukosa yang mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ pada benedict. Kandungan glukosa pada urin tersebut terbilang rendah karena berkisar antara 0.5%-1%. Namun, meski demikian, Mr.X 3 dapat dinyatakan (+) terdapat glukosa dalam urin.


6.    KESIMPULAN
6.6.        Mahasiswa sebagai object penelitian (-) mengandung glukosa dalam urin
6.7.        Mr.X 3 (+) mengandung glukosa dalam urin berkisar 0.5%-1%












Read More