UJI PROTEIN
1.
ALAT
1.1.
Tabung reaksi
1.2.
Waterbath
1.3.
Bunsen
1.4.
Pipet tetes
1.5.
Penjepit kayu
1.6.
Batang pengaduk
1.7.
Beaker glass
2.
BAHAN
2.1.
Albumin 2%
2.2.
Kasein 0.2%
2.3.
Fenol 2%
2.4.
Putih telur
2.5.
Asam amino
2.6.
Aquades
2.7.
Pereaksi Millon
2.8.
Larutan Hopkins-Cole
2.9.
H2SO4 pekat
2.10.
Larutan (NH4)2SO4
2.11.
Pewarna Ninhidrin 0.1%
2.12.
HNO3 pekat
2.13.
NaOH pekat
2.14.
HgCl2 2%
2.15.
PbAc2 2%
2.16.
FeCl3 2%
3.
CARA KERJA
3.1.
Test Millon
Disebabkan derivat monofenol (tirosin).
Pereaksinya adalah larutan ion merkuri/merkuro dalam asam nitrat/nitrit.
Positif memberikan warna merah yang artinya terbentuk garam merkuri dalam
tirosin yang ternitrasi.
Ø
Siapkan 4 tabung reaksi
Ø
Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%,
kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø
Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon
Ø
Panaskan perlahan dengan hati-hati
3.2.
Test Hopkins-Cole
Pereaksi yang digunakan mengandung asam
glioksilat. Triptofan berkondensasi dengan aldehida dan asam pekat membentuk
kompleks berwarna dari jenis asam 2,3,4,5-tetrahidro-karbolin-4-karboksilat.
Ø
Siapkan 4 tabung reaksi
Ø
Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%,
kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø
Tambahkan 10 tetes H2SO4
pekat melalui dinding tabung
Ø
Tambahkan 1 ml pereaksi Hopkins-Cole
3.3.
Test Ninhidrin
Semua asam amino α bereaksi dengan Ninhidrin
membentuk aldehida dengan suatu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3
dan CO2. Terbentuk kompleks berwarna biru yang disebabkan 2 molekul
Ninhidrin bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut
dioksidadi. Garam ammonium, amina, peptida, dan protein juga bereaksi tetapi
tanpa melepaskan NH3 dan CO2.
Ø
Siapkan 3 tabung reaksi
Ø
Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%,
kasein 2% + asam amino, dan putih telur
Ø
Tambahkan 1 ml (NH4)2SO4
Ø
Tambahkan 10 tetes Ninhidrin 0.1%
Ø
Panaskan di dalam waterbath kurang lebih 10
menit
3.4.
Test Xantoprotein
Nitrasi inti benzen yang terdapat dalam
molekul protein. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam suasana
alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua/jingga.
Ø
Siapkan 4 tabung reaksi
Ø
Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%,
kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø
Tambahkan 1 ml HNO3 pekat è amati
endapan putih
Ø
Panaskan dengan api bunsen secara hati-hati è endapan
larut menjadi kuning
Ø
Dinginkan dengan direndam dalam air pada
beaker glass
Ø
Tambahkan larutan alkali pekat (NaOH)
3.5.
Test logam berat
Protein bereaksi dengan logam berat mengalami
koagulasi.
Ø
Siapkan 4 tabung reaksi
Ø
Tambahkan masing-masing 2 ml albumin 2%,
kasein 2% + asam amino, fenol 2%, dan putih telur
Ø
Tambahkan 5 tetes FeCl3 2%
4.
LANDASAN TEORI
Protein adalah molekul besar (sampai beberapa juta). Terdapat di
semua makhluk hidup. Protein tersusun atas kurang lebih 20 macam asam amino
yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus
karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino berikutnya.
Klasifikasi protein berdasarkan daya larut dan komposisi kimianya
:
·
Simple protein :
protein yang hanya mengandung 1-α asam amino atau derivatnya
v
Albumin, globulin, glutein, protamin,
albuminoid, histon, dll
·
Conjugated protein : protein yang bergabung dengan zat lain yang bukan protein
(gugus prostetik)
v
Nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein,
lipoprotein, dll
Asam amino dan protein mempunyai sifat fisik yang sama (memiliki
gugus asam dan basa). Kelarutan protein dalam air juga berbeda tergantung ion
positif dan ion negatif yang terdapat pada protein. Protein yang dihidrolisa
akan terurai menjadi beberapa asam amino. Aktifitas biologis dari protein
tergantung dari bentuk tiga dimensi asam amino penyusunnya.
Destruksi atas bentuk tiga dimensi suatu protein disebut
denaturasi. Bentuk tiga dimensi tergantung atas ikatan hidrogen, ikatan
inter-ionik/jembatan garam, dan ikatan disulfida. Suatu agen zat tertentu yang
dapat berinteferensi dengan ikatan hidrogen, ikatan inter-ionik, dan ikatan
disulfida dapat mendenaturasi protein. Perubahan pada protein akibat dari
denaturasi adalah : berkurangnya daya larut enzim, hilangnya aktivitas protein,
dan berubah/hilangnya antigen.
Golongan-golongan asam amino
v
Asam amino dengan rantai samping alifatik
Glisisn, alanin, valin, leusin, isoleusin
v
Asam amino dengan rantai samping gugus hidroksil
Serin, treonin, tirosin
v
Asam amino dengan rantai samping mengandung
sulfur
Sistein, metionin
v
Asam amino dengan rantai samping mengandung
amida
Asam aspartat, asparagine, asam glutamat,
glutamine
v
Asam amino dengan rantai samping mengandung
alkali
Arginin, lisin, histidin
v
Asam amino dengan rantai samping mengandung
cincin aromatis
Fenilalanin, tirosin, triptofan
v
Asam amino yang tidak terdapat pada protein
Î’-alanin, taurin, ¥-aminobutirat, ornitin,
sitrulin
Sifat-sifat asam amino
ü
Kristal putih, larut dalam air, asam/basa kuat
ü
Rasa manis, tawar, pahit
ü
Mempunyai atom C simetris (kecuali glycin)
ü
Mempunyai sifat optis aktif
ü
Bersifat amfoter
ü
Tidak bergerak pada medan listrik dengan pH
isoelektrik
Asam amino yang diperlukan tubuh
Ø
Asam amino essensial : asam amino
yang mutlak harus ada pada makanan karena tidak dapat disintesa tubuh
ð
Triptofan, fenilalanin, lisin, treonin, valin,
metionin, isoleusin, dll
Ø
Asam amino non-essensial : asam amino yang dapat disintesa tubuh,
terdapat juga pada makanan sebagai sumber nitrogen
5.
PEMBAHASAN
5.1.
Test Millon
BAHAN
UJI
|
PENGAMATAN
|
HASIL
|
Albumin
2%
|
Keruh
kemerahan
|
+
|
Kasein
0.2% + asam amino
|
Gumpalan
merah (mengapung)
|
+
|
Fenol
2%
|
Jernih
|
-
|
Putih
telur
|
Merah daging
|
+
|
Albumin, kasein, dan putih telur mengandung asam amino tirosin
karena pada uji Millon menunjukkan warna merah yang berupa endapan ataupun
larutan keruh berwarna merah. Hal tersebut menunjukkan adanya garam merkuri
terdapat pada tirosin ternitrasi oleh pereaksi Millon.
5.2.
Test Hopkins-Cole
BAHAN
UJI
|
PENGAMATAN
|
HASIL
|
Albumin
2%
|
Keruh
|
-
|
Kasein
0.2% + asam amino
|
Lapisan
keruh-putih keruh-jingga
|
+
|
Fenol
2%
|
Endapan
merah
|
+
|
Putih
telur
|
Lapisan keruh-putih
susu-ungu
|
+
|
Kasein 2%, fenol 2%, dan putih telur mengandung asam amino
triptofan karena pada uji Hopkins-Cole menunjukkan kompleks warna pada bagian
dasar tabung. Hal tersebut berbeda dengan albumin 2% yang tetap menunjukkan
warna jernih pada larutannya. Kompleks warna tersebut karena asam amino
triptofan yang terkandung berkondensasi dengan aldehida dan asam pekat (H2SO4
pekat) yang diberikan.
5.3.
Test Ninhidrin
BAHAN
UJI
|
PENGAMATAN
|
HASIL
|
Albumin
2%
|
Bening
|
-
|
Kasein
2% + asam amino
|
Biru
|
+
|
Putih
telur
|
Biru
|
+
|
Kasein 2% dan putih telur mengandung asam amino α (globulin,
glutein, protamin, histon, dll), sedangkan albumin bukan merupakan susunan asam
amino α karena albumin berikatan dengan gugus prostetik lain yang membentuk
protein. Uji Ninhidrin menunjukkan
kompleks warna biru apabila zat tersebut positif asam amino α. Kompleks warna biru tersebut karena molekul
pada Ninhidrin berikatan dengan NH3 yang dilepaskan asam amino
setelah proses oksidasi.
5.4.
Test Xantoprotein
BAHAN
UJI
|
PENGAMATAN
|
HASIL
|
Albumin
2%
|
Bening
|
-
|
Kasein
2% + asam amino
|
Kuning
|
+
|
Fenol
2%
|
Kuning
|
+
|
Putih
telur
|
Kuning
|
+
|
Kasein 2%, fenol 2%, dan putih telur mengandung asam amino
golongan asam (asam aspartat, asparagin, asam glutamat, glutamin) karena pada
uji Xantoprotein menunjukkan warna kuning-jingga. Hal tersebut berbeda dengan
albumin yang tetap menunjukkan warna jernih pada larutannya. Warna jingga yang
terbentuk merupakan hasil dari proses ionisasi bebas ketika ditambahkan larutan
alkali pekat (NaOH pekat) yang artinya larutan tersebut awalnya bersifat asam.
5.5.
Test logam berat (FeCl3)
BAHAN
UJI
|
PENGAMATAN
|
HASIL
|
Albumin
2%
|
keruh
|
-
|
Kasein
2% + asam amino
|
kemerahan
|
-
|
Fenol
2%
|
hitam
|
-
|
Putih
telur
|
Kemerahan+gumpalan
putih
|
+
|
Putih telur mengandung asam amino yang dapat menawar racun karena
pada penambahan logam berat (FeCl3) terbentuk koagulasi (kelat) yang
artinya racun tersebut diikat oleh asam amino dan tidak menyebabkan toksik bagi
tubuh. Sedangkan kasein 0.2% + asam amino, albumin 2%, fenol 2% tidak dapat
menawarkan racun FeCl3 karena pada reaksi itu tidak terbentuk koagulasi
dan hanya terjadi perubahan warna.
6.
KESIMPULAN
6.1.
Albumin, kasein + asam amino, dan putih telur
mengandung gugus monofenol (tirosin) karena positif pada test Millon
6.2.
Kasein + asam amino dan putih telur mengandung
asam amino triptofan karena positif pada test Hopkins Cole
6.3.
Kasein + asam amino dan putih telur mengandung
α asam amino karena positif pada test Ninhidrin
6.4.
Kasein + asam amino, fenol, dan putih telur
mengandung inti benzena dengan asam amino golongan asam karena positif pada
test Xantoprotein
6.5.
Pada putih telur terdapat asam amino dengan
ikatan sulfida (seperti sistein) karena dapat mengikat logam berat (Fe3+)
yaitu dalam bentuk koagulan.
1.
ALAT
1.1.
Tabung reaksi
1.2.
Waterbath
1.3.
Bunsen
1.4.
Pipet tetes
1.5.
Penjepit kayu
1.6.
Batang pengaduk
1.7.
Beaker glass
1.8.
Stopwatch
2.
BAHAN
2.1.
Larutan benedict
2.2.
Larutan glukosa 0.5% ; 1% ; 2% ; 3%
2.3.
Urin murni
2.4.
Urin patologis
2.5.
Aquades
3.
CARA KERJA
1)
Siapkan 6 tabung reaksi
2)
Beri label A;B;C;D;E;F
3)
Tambahkan 2.5 ml larutan benedict pada
masing-masing tabung reaksi
4)
Pada tabung A, tambahkan larutan glukosa 0.5%
sebanyak 4 tetes
5)
Pada tabung B, tambahkan larutan glukosa 1%
sebanyak 4 tetes
6)
Pada tabung C, tambahkan larutan glukosa 2%
sebanyak 4 tetes
7)
Pada tabung D, tambahkan larutan glukosa 3%
sebanyak 4 tetes
8)
Pada tabung E, tambahkan urin patologis
sebanyak 4 tetes
9)
Pada tabung F, tambahkan urin murni sebanyak 4
tetes
10)
Kocok ad homogen
11)
Panaskan di dalam waterbath atau penangas air
hingga terjadi perubahan warna, kurang lebih 10 menit
12)
Keluarkan dari penangas, dinginkan pada suhu
ruangan
13)
Amati perubahan warna yang terjadi
4.
LANDASAN TEORI
Tes glukosa urine merupakan tes atau pemeriksaan pada sampel urine untuk
mengetahui ada/tidaknya glukosa yang terkandung di dalamnya. Pemeriksaan ini
termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisis.
Tujuan tes ini adalah untuk mendiagnosis ada atau tidaknya glukosa di dalam
urine.Teori
Pemeriksaan glukosa pada urine ini menggunakan tes reduksi. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat glukosa yang mudah mereduksi zat lain. Untuk menyatakan adanya reduksi, zat yang paling sering digunakan adalah zat yang mengandung garam cupri dan reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Pemeriksaan glukosa pada urine ini menggunakan tes reduksi. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat glukosa yang mudah mereduksi zat lain. Untuk menyatakan adanya reduksi, zat yang paling sering digunakan adalah zat yang mengandung garam cupri dan reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict = glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat
(dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari
larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan
terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila
tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari
benedict tidak akan berubah atau tetap seperti semula.Hati-hati = tes
reduksi ini tidak spesifik. Hal tersebut dikarenakan ada zat lain yang juga
mempunyai sifat pereduksi seperti monosakarida (galaktosa, fruktosa, pentosa),
disakarida (laktosa), dan beberapa zat bukan gula (asam homogentisat, formalin,
salisilat kadar tinggi, vitamin C).Glukosa
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam
hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin,
glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan
mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan
aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na
karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++
. Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif
(aldehid/keton bebas).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi.
Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun
benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau,
kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan
asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O
yang berwarna merah bata.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan
warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya
terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka
karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena
dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam
suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter
pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium
carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II)
sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Mekanisme reaksi
5.
PEMBAHASAN
BAHAN
UJI
|
PENGAMATAN
|
HASIL
|
Glukosa
0.5%
|
Biru
endapan hijau
|
+
|
Glukosa
1%
|
Endapan
coklat
|
++
|
Glukosa
2%
|
Endapan
merah
|
+++
|
Glukosa
3%
|
Endapan
merah bata
|
++++
|
Urin
patologis Mr.X 3
|
Hijau
kekuningan endapan orange
|
+
|
Urin
murni Brawijaya
|
Biru
|
-
|
Glukosa yang terkandung dalam urin merupakan glukosa yang tidak
direabsorpsi oleh ginjal dan kadar glukosa dalam urin > 100 mg/ 100 ml urin.
Sehingga glukosa tidak dapat lagi direabsorpsi, kemudian glukosa tersebut
diekskresikan melalui urin yang menyebabkan urin mengandung glukosa.
Gula mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas, mereduksi ion
kupri dalam suasana alkali menjadi kuprooksida yang tidak latur dan berwarna
merah, banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai kadar gula yang terdapat
dalam urine.
Reagen benedict
mengandung kupri sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu2+ dan CuSO4 menjadi ion Cu+
Fungsi masing-masing
komposisi benedict :
CuSO4 : menyediakan ion Cu2+
Na-sitrat :
mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3
Na-CO3 : sebagai
alkali yang mengandung gugus karbonil bebas dari gula menjadi bentuk
endapan reaktif
Pada uji glukosa murni, menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar
glukosa maka warna hasil reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dan
reaksi oksidasi menghasilkan warna yang semakin jingga / merah. Hal tersebut
dikarenakan Cu2+ yang tereduksi semakin banyak untuk dihasilkan
produk Cu+.
Pada urin mahasiswa menunjukkan warna biru, tetap seperti warna
benedict pada mulanya. Hal tersebut menunjukkan tidak terdapat gugus yang
rantai sampingnya mengandung glukosa yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.
Sehingga mahasiswa tersebut dinyatakan (-) terdapat glukosa dalam urin atau
diabetes melitus.
Pada urin patologis (Mr.X 3) menunjukkan warna hijau sedikit
kuning (keruh). Hal tersebut menunjukkan bahwa urin mengandung glukosa yang
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ pada benedict. Kandungan glukosa pada urin tersebut
terbilang rendah karena berkisar antara 0.5%-1%. Namun, meski demikian, Mr.X 3
dapat dinyatakan (+) terdapat glukosa dalam urin.
6.
KESIMPULAN
6.6.
Mahasiswa sebagai object penelitian (-)
mengandung glukosa dalam urin
6.7.
Mr.X 3 (+) mengandung glukosa dalam urin
berkisar 0.5%-1%
0 komentar:
Posting Komentar