Senin, 23 Maret 2015

pengaruh Ph terhadap reaksi enzimatik

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
“Pengaruh pH terhadap reaksi enzimatik”


Disusun oleh :
Kelompok 8
Nada aulia
Rawinna nurmarianita
Puput wijayanti
Arisa samhaniah
Nurbaiti abdiani
Brawijaya wicaksono
(201210410311028)
(201210410311098)
(201210410311165)
(201210410311231)
(201210410311200)
(201210410311247)















PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

1.    ALAT
1.1.        Labu enlemeyer 250 ml
1.2.        Beaker glass 250 ml
1.3.        Gelas ukur 25ml, 10ml, 5ml
1.4.        Tabung reaksi besar, kecil
1.5.        Vial
1.6.        Batang pengaduk
1.7.        Mikropipet

2.    BAHAN
2.1.        Larutan dapar pH 8
2.2.        Larutan NaCl 0.9%
2.3.        Larutan substrat
2.4.        Larutan enzim (saliva)
2.5.        HCl 0.05N
2.6.        KI-KIO3

3.    CARA KERJA
3.1.        Siapkan tabung reaksi besar (6 buah)
3.2.        Isi masing-masing tabung reaksi dengan 10 ml HCl 0.05N
3.3.        Siapkan labu enlemeyer 250ml
3.4.        Isi labu enlemeyer dengan 15 ml larutan dapar pH 8 + 6 ml larutan NaCl 0.9%
3.5.        Ambil 1 ml dari enlemeyer, masukkan tabung reaksi “blanko”
3.6.        Tambahkan 3 ml larutan substrat ke dalam labu enlemeyer
3.7.        Ambil 1 ml dari enlemeyer, masukkan tabung reaksi “0menit”
3.8.        Tambahkan 2 ml larutan enzim (saliva) ke dalam labu enlemeyer
3.9.        Jalankan stopwatch
3.10.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 5, masukkan tabung reaksi “5menit”
3.11.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 10, masukkan tabung reaksi “10menit”
3.12.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 15, masukkan tabung reaksi “15menit”
3.13.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 20, masukkan tabung reaksi “20menit”
3.14.     Tambahkan 1 ml KI-KIO3 pada masing-masing tabung reaksi
3.15.     Ukur absorbansinya



4.    LANDASAN TEORI
Didalam tubuh terjadi berbagai reaksi kimia yang merupakan bagian dari proses metabolisme. Reaksi-reaksi tersebut harus berlangsung dengan laju yang stabil sesuai dengan sistematika tubuh. Sementara itu, kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu saat reaksi dan juga kadar reaktan. Faktor tersebut juga belum dapat memaksimalkan laju reaksi sehingga diperlukan adanya kerja dari suatu katalisator yang terdapat dalam tubuh, yakni enzim.
Enzim adalah substansi yang dihasilkan sel hidup dan berperan sebagai biokatalisator pada reaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Kerja enzim juga dipengaruhi beberapa faktor yang terdapat dalam lingkungannya bekerja, salah satunya adalah faktor pH. Sebagian besar pH optimal enzim adalah 7, seperti contohnya enzim amilase yang terdapat pada saliva (enzim amilase yang memecah karbohidrat menjadi glukosa dan maltosa). Enzim akan mengalami inaktifasi apabila pH suatu lingkungan tersebut menjadi terlalu asam atau terlalu basa, kecuali pada kondisi tertentu seperti pada lambung yang memang enzim bekerja pada pH 2 (asam). Enzim memiliki konstanta disosiasi pada gugus asam maupun gugus basa, terutama pada residu terminal karboksil dan asam amino.

5.    PERHITUNGAN
5.1.        Pada menit 0
% substrat tercerna     = 100% - (AT1/AT0x100%)
                                             = 100% - (0.0420/0.0420 x 100%)
                                             = 100% - 100%                   = 0%
5.2.        Pada menit 5
% substrat tercerna = 100% - (AT2/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0186/0.0420 x 100%)
                                          = 100% - 44,29%                = 55,71%
5.3.        Pada menit 10
% substrat tercerna = 100% - (AT3/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0098/0.0420 x 100%)
                                          = 100% - 23,33%                = 76,67%
5.4.        Pada menit 15
% substrat tercerna = 100% - (AT4/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0187/0.0420 x 100%)
                                          = 100% - 44,52%                = 55,48%
5.5.        Pada menit 20
% substrat tercerna = 100% - (AT5/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0153/0.0420 x 100%)
                                          = 100% - 36,43%                = 63,57%

6.   TABEL DATA


















7.    PEMBAHASAN
Laju reaksi dari reaksi yang dikatalis oleh enzim hampir seluruhnya memperlihatkan ketergantungan signifikan pada konsentrasi ion hidrogen (pH). Sebagian besar enzim intrasel memperlihatkan aktifitas optimal pada nilai pH antara 5-9. Hubungan aktifitas enzim dengan konsentrasi ion hidrogen menunjukkan keseimbangan antara denaturasi enzim pada pH tinggi atau rendah dan efek pada keadaan bermuatan dari enzim dan substrat.
Enzim yang melibatkan asam atau basa, residu yang terlibat harus berada dalam keadaan terprotonasi yang tepat agar reaksi dapat berlangsung. Pengikatan dan pengenalan molekul substrat dengan gugus disosiatif juga melibatkan pembentukan jembatan garam dengan enzim. Oleh karena itu penambahan atau pengurangan gugus bermuatan akan mempengaruhi secara negatif pengikatan susbtrat sehingga katalis akan melambat bahkan hilang.
Secara teoritis aktifitas enzim dipengaruhi oleh : substrat (spesifitas dengan enzim), pH, waktu (efektifitas menghasilkan produk), suhu, konsentrasi enzim.
Pada percobaan ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang diduga memicu kesalahan dalam memperoleh hasil.
v Konsentrasi enzim yang terlalu pekat, sehingga enzim tersebut akan terus mengkatalis substrat apabila enzim lainnya tidak berfungsi pada pH 8
v Jumlah substrat kurang, sehingga tidak dapat dihasilkan profil apabila substrat yang akan dikatalis telah habis sementara pada kondisi tersebut enzim belum mengalami inaktifasi sepenuhnya
v Kejernihan larutan, suatu larutan yang akan diukur menggunakan spektrofotometer seharusnya jernih, namun pada percobaan tersebut masih terdapat minimal koloid pada larutan yang akan menghalangi pembacaan absorbansi, sehingga dibutuhkan penyaringan
Pada percobaan tersebut dapat diperoleh data yang kurang memadai, karena bahan kontrol (saliva) yang digunakan tidaklah sama. Sehingga enzim yang digunakan pun berbeda. Dan pemilihan teknik pada percobaan ini terbilang masih baru, sehingga tekniknya kurang tepat. Namun pada sajian profil kerja enzim tersebut diperoleh hasil yang cukup baik pada pH 7, dimana kerja enzim tidak menggalami penurunan kembali, namun bekerja konstan bahkan naik.

8.    KESIMPULAN

Enzim bekerja cukup optimum pada pH 7 yang menunjukkan kerja enzim yang konstan atau bahkan naik. Pada pH 8 enzim mengalami penurunan pada beberapa titik reaksi dan mengalami peningkatan pada akhir reaksi. Pada pH 5.9 enzim nenurun pada akhir reaksi karena kondisinya yang mengandung H+ berlebih
Read More

pengaruh konsentrasi dan inhibitor terhadap reaksi enzimatik

hampir sebulan stay di semester VI, kali ini pengen share jurnal biokimia buat adek2 tingkat yg di semester IV.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
“Pengaruh konsentrasi dan inhibitor terhadap reaksi enzimatik”


Disusun oleh :
Kelompok 8

Nada aulia (201210410311028)   
Rawinna nurmarianita (201210410311098)
Puput wijayanti (201210410311165)
Arisa samhaniah (201210410311231)
Nurbaiti abdiani (201210410311200)
Brawijaya wicaksono (201210410311247)
















PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

1.    ALAT
1.1.        Labu enlemeyer 250 ml
1.2.        Beaker glass 250 ml
1.3.        Gelas ukur 25ml, 10ml, 5ml
1.4.        Tabung reaksi besar, kecil
1.5.        Vial
1.6.        Batang pengaduk
1.7.        Mikropipet

2.    BAHAN
2.1.        Larutan dapar pH 6.5
2.2.        Larutan NaCl 0.9%
2.3.        Larutan HgCl2
2.4.        Larutan substrat
2.5.        Larutan enzim (saliva)
2.6.        HCl 0.05N
2.7.        I2

3.    CARA KERJA
3.1.        Siapkan tabung reaksi besar (6 buah)
3.2.        Isi masing-masing tabung reaksi dengan 10 ml HCl 0.05N
3.3.        Siapkan labu enlemeyer 250ml
3.4.        Isi labu enlemeyer dengan 15 ml larutan dapar pH 6.5 + 6 ml larutan NaCl 0.9%
3.5.        Ambil 1 ml dari enlemeyer, masukkan tabung reaksi “blanko”
3.6.        Tambahkan 10 ml larutan substrat ke dalam labu enlemeyer
3.7.        Ambil 1 ml dari enlemeyer, masukkan tabung reaksi “0menit”
3.8.        Ambil 1 ml larutan enzim (saliva) murni, tambahkan air 9 ml, aduk homogen
3.9.        Tambahkan 2 ml larutan enzim (saliva) yang sudah diencerkan ke dalam labu enlemeyer
3.10.     Tambahkan 3 tetes larutan HgCl2
3.11.     Jalankan stopwatch
3.12.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 5, masukkan tabung reaksi “5menit”
3.13.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 10, masukkan tabung reaksi “10menit”
3.14.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 15, masukkan tabung reaksi “15menit”
3.15.     Ambil 1 ml dari enlemeyer pada menit 20, masukkan tabung reaksi “20menit”
3.16.     Tambahkan 0.1 ml I2 pada masing-masing tabung reaksi
3.17.     Ukur absorbansinya
4.    LANDASAN TEORI
Didalam tubuh terjadi berbagai reaksi kimia yang merupakan bagian dari proses metabolisme. Reaksi-reaksi tersebut harus berlangsung dengan laju yang stabil sesuai dengan sistematika tubuh. Sementara itu, kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu saat reaksi dan juga kadar reaktan. Faktor tersebut juga belum dapat memaksimalkan laju reaksi sehingga diperlukan adanya kerja dari suatu katalisator yang terdapat dalam tubuh, yakni enzim.
Enzim adalah substansi yang dihasilkan sel hidup dan berperan sebagai biokatalisator pada reaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Kerja enzim juga dipengaruhi beberapa faktor yang terdapat dalam lingkungannya bekerja, beberapa contohnya adalah faktor konsentrasi dan inhibitor.
Berdasarkan reaksi kimia, terdapat 2 macam inhibitor
Ø Inhibitor irreversibel
·      Enzim tidak dapat kembali setelah berikatan dengan inhibitor tersebut
·      Suatu senyawa yang berikatan permanen dengan enzim sehingga substrat tidak dapat lagi dikatalis oleh enzim karena sisi aktif enzim diikat oleh inhibitor dan inhibitor tersebut dapat merusak enzim
·      Logam berat/reagen pengasil (Hg2+, Ag+, Ba2+)
Ø Inhibitor reversibel
·      Kompetitif
·      Non-kompetitif

5.    PERHITUNGAN
5.1.        Pada menit 0
% substrat tercerna     = 100% - (AT1/AT0x100%)
                                             = 100% - (1.8341/1.8341 x 100%)
                                             = 100% - 100%                   = 0%
5.2.        Pada menit 5
% substrat tercerna = 100% - (AT2/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0376/1.8341 x 100%)
                                          = 100% - 2,05%                  = 97,95%
5.3.        Pada menit 10
% substrat tercerna = 100% - (AT3/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0081/1.8341 x 100%)
                                          = 100% - 0,44%                  = 99,56%
5.4.        Pada menit 15
% substrat tercerna = 100% - (AT4/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0361/1.8341 x 100%)
                                          = 100% - 1,97%                  = 98,03%
5.5.        Pada menit 20
% substrat tercerna = 100% - (AT5/AT0x100%)
                                          = 100% - (0.0114/1.8341 x 100%)
                                          = 100% - 0,62%                  = 99,38%

6.    TABEL DATA

 






























7.    PEMBAHASAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju enzim, diantaranya adalah peningkatan konsentrasi dan pengaruh inhibitor untuk suatu enzim tipikal, peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan Vi hingga tercapai nilai maksimum Vmaks. Jika peningkatan lebih lanjut konsetrasi substrat tidak menignkatkan konsentrasi Vi, enzim dikatakan “jenuh” oleh subtrat.
Pada setiap saat, hanya molekul substrat yang berikatan dengan enzim dalam bentuk kompleks ES yang dapat diubah menjadi produk. Kedua, konstanta keseimbangan untuk pembentukan kompleks ES tidaklah besar tanpa batas. Oleh karena itu, jika terdapat kelebihan subtrat, hanya sebagian enzim yang mungkin berada dalam kompleks ES. Dengan demikian, peningkatan atau penurunan substrat akan meningkatkan atau menurunkan jumlah produk disertai perubahan yang sesuai di Vi. Pada hakikatnya semua enzim terdapat dalam bentuk kompleks ES. Karena tidak ada enzim bebas yang tersedia untuk membentuk ES, peningkatan lebih lanjut substrat tidak dapat meningkatkan laju reaksi. Dalam kondisi jenuh Vi bergantung pada keceoatan penguraian produk dari enzim tersebut sehingga enzim dapat mengikat lebih banyak sunbtrat.
Berdasarkan hasil percobaan enzim dengan peningkatan kadar enzim, kadar substrat yang dicerna dibandingkan dengan kontrol kadar enzim (2ml), pada penurunan kadar enzim (1ml) menunjukan penurunan kadar substrat yang tercerna sebesar 90,43% pada menit ke-5 sedangkan pada kontrol (enzim 2ml) terdapat substrat yang tercerna sebanyak 97,37%. Hal ini menunjukkan penurunan kadar enzim dapat berbanding lurus dengan laju reaksi enzim.
Pengaruh lain dari kerja enzim adalah adanya modifier (inhibitor) yaitu HgCl2. HgCl2 bertindak sebagai inhibitor non kompetitif irreversibel yang mana ketika berikatan dengan enzim, zat tersebut dapat merusak sisi aktif enzim yang akan berikatan dengan substrat, sehingga laju kerja terhambat atau bahkan menurun dan enzim berhenti bekerja (rusak).
Berdasarkan hasil percobaan, penggunaan HgCl2 tidak dapat menunjukkan penurunan kerja enzim yang signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan keberadaan NaCl yang bertindak sebagai aktifator enzim dan juga kadar NaCl lebih besar daripada inhibitor, kerja NaCl dengan HgCl2 berlawanan menyebabkan HgCl2 tidak dapat menghambat secara maksimal terhadap kerja enzim. Pada dasarnya HgCl2 tersebut menghambat kerja enzim, namun karena kadar yang terlalu kecil dibandingkan dengan NaCl maka penghambatan itu tidak dapat menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kerja enzim pada kontrol.


8.    KESIMPULAN
Berdasarkan teori :
a.    Adanya inhibitor non kompetitif irreversibel berupa logam berat (Hg2+) dapat menurunkan laju reaksi pada enzim dengan cara merusak sisi aktif pada enzim.
Berdasarkan praktikum

a.    Inhibitor HgCl2 tidak dapat menghambat laju reaksi enzim karena kadar yang terlalu sedikit.
Read More